Sejak abad 11 terkenal sebagai kota pelabuhan dan perdagangan membuat Gresik menjadi tujuan kapal-kapal asing untuk berlabuh. Akan tetapi, tidak semua kapal-kapal tersebut bertujuan utuk melakukan perdagangan. Ada juga beberapa bangsa yang bermaksud untuk melakukan kolonialisme khususnya di wilayah Gresik. Dibawah ini adalah sekilas gambaran sejarah singkat mengenai keadaan kota Gresik pada masa zaman penjajahan.
Sebenarnya Portugis belum pernah secara langsung menjajah Kabupaten Gresik. Hanya saja Portugis pada awal kedatangannya di Indonesia pernah menggunakan pelabuhan Gresik sebagai tempat singgah sebelum melakukan perjalanan ke Maluku dan bersama kerajaan Ternate mengalahkan Tidore. Berdasarkan peta kuno yang dibuat pelaut Portugis tahun 1561 mereka menyebut nama kota Gresik dengan sebutan Agati atau Agace. Tidak banyak pengaruh yang terjadi pada kota Gresik zaman penjajahan Portugis karena sebelumnya Portugis telah menguasai Selat Malaka.
Keberadaan Gresik sebagai jalur perdagangan terbesar setelah jatuhnya Malaka oleh Portugis membuat Belanda mengincar daerah ini. Cukup banyak peninggalan Belanda yang sampai sekarang masih ada di Gresik. Sebut saja Benteng Lodewijk, Sumur Lantung, dan Jembatan Putar adalah berbagai peninggalan masa kolonialisme Belanda di Gresik. Belanda melalui VOC melakukan perdagangan di Gresik sejak abad 15 dan membuat Gresik menjadi wilayah administratif Belanda pada tahun 1743.
Gresik menjadi tempat kantor dagang pertama Belanda di Pulau Jawa. Selama menjadi wilayah jajahan Belanda, status Gresik sebagai kota berubah dari Kabupaten atau Kadipaten menjadi Kawedanan. Perubahan ini terjadi karena Surabaya yang berbatasan langsung dengan Gresik mengalami perkembangan pesat pada masa itu. Perkembangan Surabaya disebabkan karena Belanda menutup pelabuhan Gresik dari perdagangan internasional dan memberlakukan sistem tanam paksa yang membuat kemunduran ekonomi bagi wilayah Gresik. Selain itu Gresik menjadi kawasan eksplorasi minyak bagi Belanda yang ditandai dengan puluhan sumur lantung yang masih ada sampai sekarang. Kondisi kota Gresik jaman penjajahan Belanda semakin tidak menentu setelah hasil garam yang menjadi salah satu komoditas utama perdagangan di pelabuhan Gresik ikut dimonopoli.
Gresik juga menjadi pusat pembuatan meriam dan senjata api oleh Belanda. Bedhilan adalah nama sebuah desa di Gresik yang dijadikan pabrik dan gudang senjata terbesar milik Belanda di Jawa pada masa itu. Nama Bedhilan berasal dari kata bedhil yang artinya senjata api. Selain senjata banyak warga Bedhilan dan Gresik pada umumnya yang dipaksa Belanda untuk menjadi tentara mereka.
Kolonialisme Inggris di Indonesia membuat Gresik menjadi salah satu wilayah karesidenan bersama 15 daerah lainnya di Pulau Jawa. Selama melakukan kolonialismenya Inggris melakukan monopoli perdagangan terutama garam, memberlakukan sistem sewa tanah, dan menggunakan pelabuhan Gresik sebagai jalur perdagangannya.
Kota Gresik zaman penjajahan Jepang ikut menanggung beban sebagai salah satu wilayah yang terdampak romusha. Tidak hanya warga Gresik sendiri, Jepang mengambil ribuan orang dari berbagai daerah untuk dikirim ke Gresik. Jepang banyak memanfaatkan bangunan dan pabrik senjata peninggalan Belanda dan Inggris sebagai markas dan pusat strategi.
Diatas adalah sejarah singkat mengenai keadaan kota Gresik pada zaman Penjajahan. Seperti wilayah yang dijajah pada umumnya, kolonialisme menyebabkan banyak kemunduran dan kerugian di wilayah Gresik. Monopoli perdagangan, sistem kerja paksa, dan berbagai aturan yang pernah diterapkan pada masa kolonial telah membuat Gresik kehilangan potensinya sebagai salah satu jalur perdagangan dunia.
## Foto dari IG @ bukuradenpaku